Posts Tagged ‘Penanggulangan Bencana’

IMG_20160614_175749[435]

Selamat datang kembali sodara-sodara sebangsa dan setanah air 😊. Kali ini saya akan menjelaskan mengenai EDC (Every Day Carry) yang umumnya dipersiapkan pada saat di tugaskan pada masa tanggap darurat. Ini adalah salah satu pertanyaan yang paling sering muncul, manakala saya bercerita kepada orang bahwa saya bekerja di lembaga kemanusiaan.

Sebelumnya harap dibedakan antara pekerja kemanusiaan dan relawan, karena kedua istilah ini seringkali rancu di lapangan. Relawan adalah pekerja kemanusiaan yang memanfaatkan waktu dan tenaganya untuk melakukan kegiatan kemanusiaan, tanpa melihat latar belakang pendidikan ataupun pekerjaan dan tidak memperoleh bayaran profesional. Mereka biasanya mempunyai pekerjaan tetap sehari-hari, namun pada satu kesempatan dibutuhkan (pada saat masa tanggap darurat misalnya), mereka akan meninggalkan aktivitas rutin mereka dan ikut serta dalam kegiatan tersebut. Contoh paling sering terlihat dilapangan adalah teman-teman TAGANA atau relawan kampus misalnya. Secara pribadi saya menaruh hormat yang amat sangat besar bagi teman-teman relawan, karena meninggalkan keluarga, pekerjaan, meluangkan waktu untuk membantu orang yang membutuhkan dan tidak mengharapkan bayaran adalah suatu tindakan yang amat sangat mulia menurut saya. SALUTE!

Nah, sedang pekerja kemanusiaan adalah sekelompok orang selain relawan yang di rekrut secara profesional karena memiliki keahlian yang amat dibutuhkan dalam membantu proses kegiatan kemanusiaan dilapangan, baik itu ada masa tanggap darurat, transisi, rehabilitasi maupun sebelum bencana terjadi. Keduanya dibutuhkan dilapangan, untuk saling melengkapi. Dan sejak akhir 2005, saya telah diklasifikasikan sebagai spesies yang ini. 😊. Jadi intinya, relawan sudah pasti adalah pekerja kemanusiaan, namun pekerja kemanusiaan belumlah tentu rela-rela banget karena memang merupakan pekerjaan mereka dan memperoleh bayaran profesional.. hehehehe.

Kemudian, dilapangan sendiri, teman-teman dilapangan di bagi kembali menjadi beberapa kelompok besar:

  1. Pelaksana (operator) lapangan

Jumlahnya amat banyak, biasanya terlihat melakukan tindakan penyelamatan dan evakuasi (Search And Rescue), distribusi logistik, pengobatan massal, pendampingan psikologis bagi para korban, instalasi infrastruktur atau sistem (shelter, MCK, de el el), pengambilan data dan pekerjaan fisik lainnya dilapangan. Mereka inilah sebagai ujung tombak proses pelaksanaan tanggap darurat dan sayangnya yang memiliki resiko paling besar, baik terpapar penyakit (bila tanggap darurat wabah), resiko keamanan, kelelahan fisik maupun ancaman bencana susulan (longsor di jalan pada saat akan melakukan distribusi, misalnya).

  1. Analisis, administratif ataupun manajemen

Tidak sebesar operator dilapangan, tugas utamanya adalah memastikan roda operasi kemanusiaan berjalan dengan baik, memberikan analisis untuk pengambilan keputusan ataupun malahan adalah pengambil keputusan. Biasanya secara berkala meninjau lapangan, sehingga dibandingkan dengan operator, tingkat resiko yang di hadapi lebih kecil, walaupun tetap ada.

IMG_20151113_153818[437]

Kembali pada topik semula, perlengkapan pendukung atau daily carry apakah yang biasanya dipersiapkan manakala akan bertugas ke lokasi yang terdampak oleh bencana? Sebelum saya menjawab, ada hal-hal yang perlu teman-teman perhatikan manakala akan bertugas sebagai bagian dari tim tanggap darurat:

relawan [499]

  1. Kondisi lingkungan sekitar tempat bertugas

Apakah teman-teman bertugas di lokasi yang terdampak bencana wabah? Bila wabah, bagaimanakah penularannya? Konflik? Bencana alam? Bila bencana alam, bencana alam apakah yang telah terjadi di situ? Termasuk didalamnya yang wajib diperhatikan adalah kondisi geografis, cuaca, infrastruktur pendukung, dll.  Ini jelas akan menentukan peralatan yang akan teman-teman bawa. Selalu berusaha memperoleh informasi selengkapnya mengenai kondisi dilapangan sebelum berangkat ke lokasi, termasuk didalamnya seperti apa akses keluar-masuk lokasi, titik kumpul bilamana terjadi bencana susulan, rumah sakit terdekat, de el el. Knowledge is power, sodara-sodara 😊. Satu hal yang perlu diingat, banyak resiko yang timbul dilapangan pada kondisi yang tidak stabil seperti ini, seperti kemungkinan merebaknya wabah dilokasi bencana alam karena penanganan yang terlambat ataupun bencana alam di lokasi konflik bersenjata yang tingkat kerawanannya amat tinggi. Memahami resiko, dampak yang mungkin timbul, kerentanan yang dimiliki beserta cara mengurangi resiko adalah bagian penting yang harus dipahami (risk management).

  1. Kondisi fisik dan mental

Ini hal yang paling utama. Kunci nya adalah ‘SAFETY IS PARAMOUNT’ yang bila dijelaskan, bahwa keselamatan diri sendiri yang terpenting. Kita tidak akan dapat menolong orang lain namun kemudian justru membahayakan diri sendiri. Pastikan bahwa secara fisik teman-teman siap untuk bertugas dan secara psikologis teman-teman siap untuk berada di lingkungan dengan kodisi ekstrim yang baik langsung maupun tidak langsung akan sangat mempengaruhi teman-teman.

Seeperti dijelaskan diatas, ada baiknya memperhatikan tipe bencana yang akan dihadapi dan mempersiapkan diri baik itu vaksin, obat-obat pribadi (terutama bila memiliki sejarah penyakit yang membutuhkan penangan khusus) maupun perlengkapan P3K pribadi, walaupun biasanya organisasi ataupun Lembaga yang menaungi teman-teman telah menyediakan misalnya. Satu fakta yang menarik (walaupun miris..) adalah, angka kematian terbesar pekerja kemanusiaan dilapangan di sebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dan keletihan. Ini dapat menjadi catatan penting saya harap. Selalu laporkan pada penanggung jawab operasi bilamana teman-teman memiliki riwayat penyakit yang membutuhkan penanganan khusus.

Khusus untuk vaksin, ada beberapa vaksin yang biasanya disarankan untuk teman-teman yang akan berangkat bertugas di wilayah yang terdampak bencana, contohnya untuk bencana dimana kemungkinan kualitas air dan sanitasi yang tersedia buruk, vaksin kolera, tifoid, hepatitis A, meningitis amat sangat disarankan, vaksin tetanus bagi teman-teman yang terjun langsung untuk melakukan operasi penyelamatan dengan resiko terluka akibat benda-benda tajam dilapangan. Penugasan ke wilayah afrika mensyaratkan teman-teman untuk mendapatkan vaksinasi yellow fever dan tertera dalam buku kuning vaksin (International Certificate of Vaccination or Prophylaxis) yang biasanya akan diperiksa di bandara saat kedatangan. Untuk malaria, vaksin yang ada masih pada tahap uji coba, jadi membawa pil kina biasanya disarankan dalam kondisi ini. Namun pada akhirnya yang terbaik adalah berkonsultasi dengan dokter sebelum berangkat bertugas. Lembaga-lembaga kemanusiaan internasional mensyaratkan pemeriksaan kesehatan dan memberikan check list vaksin wajib sebelum tim dapat diturunkan ke lokasi.

IMG_20200203_084646_364[453]

Bagi yang belum tau, seperti apa sih kerja vaksin dalam tubuh? Vaksin adalah bahan antigen yang digunakan untuk menghasilan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Nah, pemberian vaksin atau imunisasi ini dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi pengaruh seseorang terkena infeksi penyebab penyakit.

Dengan menyuntikkan antigen ke dalam tubuh melalui imunisasi, maka sistem kekebalan tubuh dapat mengenali organisme asing, misalnya virus sebagai penyebab penyakit dan kemudian  menghasilkan antibodi. Antibodi tersebutlah yang nantinya akan melawan patogen sebelum menyebar dan menyebabkan penyakit.

Durasi pengulangan pemberian vaksin:

  • Yellow Fever, tetanus, difteria, diulang setiap 10 tahun
  • Kolera, Meningitis diulang setiap 2 tahun
  • Tifoid, diulang setiap 3 tahun

Ada banyak Rumah Sakit atau Klinik yang menyediakan jasa vaksinasi (Kecuali beberapa vaksin seperti vaksin Yellow Fever yang biasanya hanya tersedia di Klinik Kesehatan Pelabuhan – KKP) Seperti Rumah Vaksinasi Pusat, tetapi tidak semua dapat menyediakan buku International Certificate of Vaccination or Prophylaxis yang merupakan buku yang digunakan untuk mendata semua vaksin yang teman-teman terima dan menjadi persyaratan wajib bilamana teman-teman bertugas di Afrika, atau mungkin akan melakukan perjalanan Haji atau Umrah. Buku ini dapat diperoleh di klinik-klinik pemerintah di Bandara atau Pelabuhan. Klinik yang saya tahu menyediakan buku dan vaksinasi antara lain adalah KKP Kelas 1 Soekarno-Hatta, KKP Halim Perdana Kusumah atau KKP Kelas 1 Tanjung Priok.

Hal yang biasa terjadi dilapangan (untuk penugasan selain di lokasi bencana wabah) adalah luka terbuka akibat terkena benda tajam, penyakit kulit, pernafasan ataupun keletihan, jadi menurut pengalaman saya, membawa obat-obat dan suplai untuk pengobatan luka seperti betadine, antiseptik, pembalut luka, kemudian obat-obat influenza dan vitamin adalah wajib. Untuk antiseptik, saya biasanya membawa larutan Dettol karena selain dapat mencuci luka, Dettol dapat digunakan sebagai desinfektan lantai (dicampur dengan air untuk mengepel lantai misalnya) dan bisa untuk desinfektan pakaian yang digunakan teman-teman (untuk merendam baju setelah dicuci).

  1. Tugas dan kewajiban

Apa yang akan menjadi kewajiban utama teman-teman saat dilapangan (walaupun rangkap tugas sudah menjadi kebiasaan, apalagi bila budget operasi yang minim)? Apakah operator atau lebih banyak berkutat di bidang administrasi dan analisis, misalnya? Bilamana operator tentunya perlegkapan APD (Alat Pengaman Diri) sesuai dengan spesifikasi tugas adalah keharusan. Banyaknya perlengkapan yang teman-teman bawa akan mempengaruhi kemampuan mobilitas teman-teman, terutama bila harus melakukan perjalanan ke lokasi terpencil.

  1. Durasi tugas

Tidak perlu rasanya harus membawa semua pakaian yang teman-teman punya (termasuk baju lebaran taun kemaren.. 😊) bila teman-teman hanya ditugaskan dalam periode yang singkat, walaupun yang sering terjadi adalah perpanjangan waktu tugas dari jangka waktu tertentu menjadi ‘hingga maut evakuasi memisahkan kita’ 😊 (ini sebenernya curcol teman-teman relawan yang seringkali diberangkatkan tanpa diberi kejelasan berapa lama penugasan mereka dilapangan..)

  1. Peralatan ataupun support dari lembaga / organisasi

Berkaitan dengan banyaknya peralatan yang akan teman-teman bawa dan kemampuan mobilitas teman-teman, ada baiknya berdiskusi dengan pimpinan mengenai peralatan ataupun support perlengkapan yang disediakan oleh Lembaga atau organisasi teman-teman. Misalnya organisasi menyediakan APD lengkap bagi teman-teman (terutama bila ditugaskan ke lokasi yang terkena wabah), saya rasa tidak perlu juga teman-teman membawa sendiri beberapa set lengkap, kecuali hal-hal kecil yang sifatnya pribadi seperti masker wajah.

  1. Kultur

Indonesia terdiri dari 34 propinsi dengan ratusan suku dan bahasa, tentunya dengan kultur yang berbeda-beda, jadi hal-hal yang mungkin wajar di daerah teman-teman belum tentu dapat diterima di daerah lain. Walaupun ini tidak berpengaruh banyak pada topik yang akan kita bahas, tetapi saya merasa ini amat penting disampaikan pada kesempatan ini, karena banyak kejadian, terutama pergesekan antar pekerja kemanusiaan dari luar daerah dengan penduduk lokal dikarenakan adanya perbedaaan pandangan ataupun kultur di kedua belah pihak yang berujung pada eskalasi situasi keamanan. Satu hal yang harap diingat, kedatangan kita untuk membantu jangan diartikan bahwa kita wajib memperoleh perlakuan istimewa.  Ada kode etik dan rambu-rambu, baik yang tertulis maupun tidak, yang mengatur tindak tanduk dan sikap kita dilapangan.

IMG_3099

Setelah teman-teman mengerti poin-poin diatas, kita akan mulai membahas peralatan seperti apa yang sebaiknya dipersiapkan dan di bawa. Namun harap diingat, ini bukanlah standar baku yang menjadi kewajiban, namun hanya panduan untuk memberikan gambaran dan ini diambil dari pengalaman saya pribadi.

versi cetak disaster

  1. Tas

Umumnya teman-teman akan membawa minimal 2 tas, yaitu tas untuk memuat kebutuhan teman-teman selama di lapangan (pakaian, dan peralatan lainnya) serta tas yang digunakan sehari-hari saat bertugas dilapangan.  Satu persyaratan wajib yang sebaiknya dimiliki oleh tas yang akan dipilih, mengingat alam tropikal Indonesia serta kepulauan yang dapat hujan kapan saja, dan pergerakan dengan moda transportasi air adalah tahan terhadap percikan air (water repellent dimana air tidak menempel ataupun meresap pada permukaan tas) atau malahan waterproof dimana tas memiliki ketahanan terhadap air atau setidaknya memiliki rain cover yang baik.

  • Travel bag

Banyak sekali travel bag yang di jual dipasaran sesuai dengan kebutuhan ataupun kemampuan finansial teman-teman, dari carrier hingga koper cantik (ayoooo… mana mataaa genitnyaaaaaa…) 😊. Namun kembali  lagi, bertugas pada masa tanggap darurat, apalagi bila ditugaskan di lokasi yang terpencil, memilih travel bag yang tepat amatlah penting karena ini amat mempengaruhi mobilitas teman-teman. Hindari membawa travel bag terlalu banyak, membawa travel bag jenis koper yang tidak memiliki roda misalnya, karena akan menyusahkan saat bergerak dan akan memakan tempat, mengingat beberapa kendaraan ke lokasi-lokasi terpencil adalah kendaraan kecil dan memiliki tempat yang terbatas.

  • Daily carry

Jenis tas ransel atau backpack adalah tas yang umum dipilih karena nyaman untuk dibawa, dimana beban di bagi diantara kedua bahu (berbeda dengan tas model messenger bag, misalnya). Namun kembali lagi sesuaikan dengan kebutuhan teman-teman, baik ukuran maupun modelnya. Kelemahan sebagian besar backpack adalah pada yang ditimbulkan di punggung bila dibawa pada waktu lama karena tidak adanya ventilasi udara yang cukup disitu. Untuk lebih jelasnya, teman-teman dapat mengacu pada tulisan saya mengenai tas sebelumnya (klik disini).

  1. P3K pribadi

Terlepas apakah Lembaga/organisasi menyediakan kotak P3K di tempat anda bertugas atau menginap, ada baiknya tetap membawa sendiri kotak P3K pribadi yang tentunya juga memuat obat-obatan tertentu bila anda memiliki sejarah penyakit. Untuk detil standar P3K, teman-teman mungkin dapat melihat tulisan saya sebelumnya dengan judul First Aid Kit (klik disini). Selain itu, mosquito repellent atau lotion pengusir nyamuk juga sebaiknya di bawa, karena nyamuk juga merupakan ‘musuh’ utama teman-teman dilapangan mengingat masalah dengan kebersihan lingkungan di wilayah yang sedang mengalami kerusakan, terutama jika sedang dalam musim penghujan dengan genangan air yang bertebaran dimana-mana.

FAK 01

  1. Makanan

Makanan adalah salah satu tantangan saat teman-teman akan bertugas, terutama pada beberapa hari awal setelah terjadinya bencana dalam skala menengah-besar. Beberapa Lembaga atau organisasi menyikapi kondisi ini dengan menyediakan makanan bagi tim nya, namun yang sering menjadi masalah biasanya pada saat bertugas dilapangan. Membawa makanan kecil yang ringan, dapat di makan langsung dan mengandung nilai gizi yang baik menjadi penting, Untuk ini, makanan seperti energy bar adalah salah satu solusi yang realistis. Konsep dasar energy bar sangat sederhana, dimana sebagai tambahan / pengganti sementara yang mengandung sereal dan makanan berenergi tinggi yang ditargetkan untuk orang-orang yang membutuhkan energi cepat tetapi tidak punya waktu untuk makan. Selain itu, membawa coklat batangan juga dapat menjadi opsi. Selalu membawa 2 atau 3 batang energy bar atau coklat, yang tidak memakan tempat banyak, saya rasa tidak merugikan teman-teman (apalagi kalau bisa diberikan topping nasi padang lengkap diatasnya… hahahahaha).

  1. Air

Banyak sekali literatur yang menyatakan bahwa orang dewasa sebaiknya meminum 8 gelas sehari untuk memenuhi kebutuhan akan air, namun hal ini kembali lagi tergantung kepada aktifitas teman-teman dan kondisi dimana teman-teman berada. Hal ini mungkin akan meningkat bilamana teman-teman melakukan aktifitas berat di lokasi yang memiliki suhu tinggi terpapar matahari langsung. Yang terpenting adalah tetap menjaga jangan sampai tubuh mengalami dehidrasi. Salah satu tips yang dapat saya bagikan, hal paling mudah untuk mengetahui apakah tubuh teman-teman telah memperoleh asupan air cukup adalah dengan melihat warna air seni pada saat teman-teman berkemih. Semakin keruh warnanya (kuning tua atau bahkan coklat), berarti tubuh semakin kekurangan cairan dan membutuhkan penggantian atau rehidrasi secepatnya. Salah satu tantangan di lapangan adalah memperoleh air minum yang bersih dan aman, jadi selain mengkonsumsi air mineral dari perusahaan besar, menggunakan botol minuman yang mempunyai water filter juga dapan menjadi opsi. Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai water filter dapat dilihat di tulisan saya sebelumnya (klik disini).

  1. Pakaian

Selalu membawa pakaian yang sesuai dengan kondisi dan iklim, menyediakan paling tidak satu setel pakaian bersih didalam tas teman-teman saat akan melakukan trip ke lokasi-lokasi yang terisolasi, bilamana teman-teman terpaksa harus menginap. Segera ganti pakaian bilamana telah basah, karena menggunakan pakaian basah dalam jangka waktu lama selain tidak nyaman juga akan berbahaya karena dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit kulit. Satu yang paling penting adalah selalu mengganti pakaian dalam teman-teman bila berada dilapangan. Bilamana tidak memungkinkan untuk mencuci, membawa dan menggunakan disposable underwear yang banyak dijual dipasaran juga dapat menjadi opsi. Jadi jangan dibiasakan menggunakan side A dan side B bergantian ya teman-teman.. (ayo teman-teman angkatan 90an yang tau apa itu side A /B, mana suaranyaaaaaaa!!  😊)

  1. Jaket / rain coat

Mengingat Indonesia adalah negara tropikal yang memiliki curah hujan tinggi, membawa jaket ataupun raincoat adalah satu keharusan pada saat akan bertugas. Saat ini banyak sekali model jaket dan raincoat yang ditawarkan dipasaran dengan range harga yang amat sangat bervariatif. Satu hal yang harus diingat, jaket atau raincoat bukanlah pakaian pengganti, jadi kebiasaan menggunakan jaket atau raincoat tanpa menggunakan pakaian didalamnya bukanlah suatu kebiasaan yang baik, karena selain akan membuat suhu tubuh semakin dingin (walaupun menghalangi air), karena keringat karena jaket atau raincoat dirancang untuk memiliki pori-pori yang kecil sehingga panas tubuh ridak keluar dan akan semakin menaikkan temperatur didalam tubuh, mengakibatkan keringat dan pada akhirnya tubuh akan semakin dingin. Menggunakan jaket yang memiliki banyak layer (jaket dengan lapisan seperti sweater didalamnya, yang dapat dilepas) didaerah yang bersuhu tinggi juga, walaupun terlihat keren di poto dan dapat menjadi profile Instagram, bukan solusi yang baik, kecuali bila teman-teman melakukan tugas di Bromo atau puncak Jaya Wijaya.. 😊

  1. Penutup kepala

Walaupun saya bukan orang yang suka menggunakan topi, tapi penutup kepala merupakan salah satu perlengkapan yang sebaiknya di bawa pada saat bertugas (TIDAK! Apapun yang tertulis disini, kamu tidak boleh menggunakan jilbab!! Lepaskan jilbabnya segera, Bambang!!!). Selain untuk melindungi dari paparan panas, juga dapat menjaga mata dari kelelahan akibat selalu melihat dalam cahaya yang menyilaukan ataupun terlalu terang.

  1. Masker wajah

Salah satu peralatan wajib bilamana bertugas di wilayah yang mengalami bencana wabah atau erupsi gunung Merapi yang debunya amat sangat berbahaya bagi kesehatan. Ini juga dapat digunakan untuk teman-teman yang tidak dalam kondisi yang baik, sedang mengalami influenza, misalnya, dan tidak ingin menularkan pada orang-orang lain. Selain itu, bagi teman-teman yang bertugas untuk melakukan proses penyelamatan dan evakuasi, masker digunakan untuk mengurangi bau tidak sedap yang timbul dilapangan. Satu tips ringan untuk mengurangi bau, bila tidak memiliki masaker bagus yang dapat mengurangi bau dengan baik, gunakan 2 lembar masker tipe surgery (masker tipis dan biasanya berwarna hijau) dan taburkan bubuk kopi diantara masker tersebut. This is it! Selamat mencoba! 😊  Penjelasan lebih lengkap mengenai masker dapat dilihat di tulisan saya sebelumnya (klik disini).

  1. Sarung tangan

Sarung tangan adalah pelindung wajib bagi teman-teman yang akan melakukan pekerjaan fisik seperti SAR, konstruksi, logistik di gudang maupun tenaga kesehatan, dengan spesifikasi yang berbeda-beda tentunya. Sarung tangan berbahan latex tipis untuk teman-teman petugas kesehatan, berbahan kulit atau kevlar (material tahan api dan dapan memberikan perlindungan maksimal dari bahaya terpotong) untuk teman-teman konstruksi, ataupun sarung tangan latex tebal selengan untuk teman-teman tim SAR. Sesuaikan dengan kebutuhan teman-teman dilapangan, bahkan sah-sah saja bilamana dirasa tidak perlu karena teman-teman hanya bertugas sebagai tim administratif, misalnya.

  1. Alas kaki

Alas kaki yang baik dan tepat merupakan keharusan karena kemampuan mobilitas teman-teman amat sangat bergantung pada anggota gerak ini. Bahaya mengancam bilamana menggunakan alas kaki yang tidak tepat, seperti misalnya menggunakan sendal jepit tipis saat berada diwilayah yang masih banyak bertebaran puing-puing bangunan dengan kemungkinan banyak paku berkarat bertebaran atau di wilayah banjir yang penyebaran leptospirosis dapat dengan mudah terjadi melalui air tergenang, atau bahaya tertimpa kotak pada saat berada di gudang. Pilih alas kaki yang dapat melindungi teman-teman secara maksimal, namun tetap memberikan kenyamanan. Penjelasan lebih lengkap mengenai alas kaki dapat dilihat di tulisan saya sebelumnya (klik disini).

  1. Sleeping bag / matras

Ini juga menjadi salah satu pengalaman saya, betugas di lokasi yang tidak menyediakan akomodasi yang layak, sehingga harus menggunakan sleeping bag ataupun matras sendiri. Memang, membawa matras atau sleeping bag terkadang menyulitkan karena ukurannya yang jelas memakan tempat, namun harus diingat, istirahat yang baik adalah satu hal yang wajib diperoleh untuk memastikan teman-teman dapat beraktifitas maksimal setiap harinya, belum lagi resiko terkena penyakit akibat istirahat yang tidak cukup. Untuk sleeping bag, kembali lagi, perhatikan ketebalan dan bahan pada saat akan membeli, terutama beberapa sleeping bag di rancang untuk melindungi teman-teman dari suhu yang sangat rendah atau dingin (sleeping bag dengan bahan bulu angsa didalamnya misalnya), namun justru tidak efektif untuk dipergunakan di wilayah yang memilihi suhu tinggi. Belum lagi sleeping bag tipe ini biasanya lebih tebal dan berat.

  1. Alat penerangan

Sebagaimana umumnya yang terjadi setelah bencana alam, ketiadaan listrik dan cahaya adalah satu hal yang akan teman-teman hadapi dilapangan. Membawa senter atau headlamp sudah menjadi satu standar yang tidak dapat dipisahkan, bahkan dalam kehidupan normal, dimana terkadang kita membutuhkannya untuk men tackle kondisi seperti mati lampu, de el el. Kembali pada kondisi dilapangan, memilih senter yang baik tentunya akan mentukan efisiensi alat tersebut dalam membantu tugas teman-teman.

Satu hal yang sering ditanyakan pada saat akan membeli senter / headlamp (selain harga..) adalah lumen dari senter tersebut. Binatang model apakah lumen ini? 😊

Lumen (simbol: lm) adalah satuan turunan SI untuk fluks cahaya, mengukur jumlah total cahaya terlihat yang dipancarkan sebuah sumber. Secara umum, semakin besar lumen, semakin besar atau terang cahaya yang dihasilkan.Namun tidak semua kegiatan membutuhkan senter dengan lumen besar, paramedik misalnya, untuk pemeriksaan mata sebaiknya menggunakan senter yang dapat disetel hingga hanya mengeluarkan cahaya sebesar 5 lumen untuk menghindari kerusakan pada mata pasien. Pada senter biasanya ini merupakan output paling minimum dan tidak semua senter memiliki cahaya minimum seperti ini.

Secara garis besar, berdasarkan model keluaran cahaya, senter / headlamp dapat dikategorikan sebagai berikut:

  • Throw

         Dimana cahaya yang dikeluarkan lebih fokus dengan jarak pandang yang biasanya lebih jauh. Biasanya ini efektif untuk teman-teman yang bertugas untuk melakukan kegiatan Search and Rescue luar ruangan seperti water rescue, dimana membutuhkan cahaya yang lebih terfokus dengan jarak pandang yang lebih jauh.

         Cara paling mudah mengidentifikasikan bahwa senter / headlamp yang teman-teman gunakan adalah dengan melihat reflektornya (bagian dalam senter yang mengelilingi lampu senternya), dimana senter thrower akan memiliki reflektor yang mulus, atau biasa diistilahkan smooth, dan lebih dalam, membentuk parabola. (Gambar kanan bawah)

  • Flood

         Dimana cahaya yang dikeluarkan lebih melebar dengan jarak pandang yang lebih pendek dibandingkan senter thrower dengan lumen yang sama. Ini amat efektif untuk penggunaan di dalam ruangan, contohnya bagi teman-teman yang melakukan operasi CSSR (Collapse Structure Search and Rescue) dan melakukan pencarian dalam gedung.

         Berbeda sengan thrower, senter / headlamp menggunakan reflektor yang biasa disebut orange peel, karena bertekstur keriput seperti kulit jeruk. (Gambar kanan atas)

IMG_20200203_090000_843[452]

Selain keluaran cahaya nya, sumber energi dari senter / headlamp itu sendiri harus diperhatikan, apakah itu menggunakan solar cell yang menggunakan tenaga matahari, dimana untuk mengisi daya cukup dengan menjemur di bawah sinar matahari atau dengan menggunakan batere. Hampir sebagian besar senter/headlamp yang bagus menggunakan batere dengan model 18650 atau CR 123 yang rechargeable atau dapat diisi ulang, namun dilokasi yang terpencil dengan listrik yang benar-benar tidak dapat diharapkan kehadirannya, ini bukanlah suatu pilihan yang amat tepat. Membawa beberapa batere dapat menjadi solusi, namun itu pastinya akan menambah beban teman-teman, belum lagi kerumitan di pesawat udara bilamana membawa terlalu banyak batere. Saya menyarankan agar senter dengan batere AAA atau AA dapat menjadi pilihan, karena dapat dijual dengan bebas dipasaran. Pemilihan senter dan batere sendiri amat kompleks, sehingga sebaiknya akan dijelaskan lebih detil di artikel terpisah (mohon bantuannya, wahai para suhu Flasholic! 😊). Ada satu tulisan di blog teman saya, Mas Yeni Setiawan, yang mungkin dapat membantu teman-teman. (klik disini).

Satu tips, kesalahan para pemula pada saat menggunakan senter LED adalah menyetel senter pada maksimum brightness untuk segala kondisi yang mengakibatkan batere lebih cepat habis dan senter lebih cepat panas. Untuk kondisi normal seperti berjalan malam atau mencari sesuatu di dalam tas misalnya, menggunakan settingan rendah atau menengah sudah cukup seharusnya. (Terima kasih Mas Yeni buat sumbangan tipsnya!)

  1. Multi tools / pisau lipat

Sebelum kita mulai lebih jauh, harap dimengerti peraturan pemerintah mengenai membawa pisau lipat di muka umum (klik disini) dan menggunakannya secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Satu poin yang paling penting diingat, multitools dan pisau lipat hanyalah alat bantu yang digunakan dalam kondisi terdesak, dimana alat yang sebenarnya tidak tersedia. Contohnya adalah menggunakan tang pada multitools, bilamana pekerjaan teman-teman memang diketahui selalu membutuhkan tang, sebaiknya membawa tang yang memang dikhususkan untuk itu. Penggunaan multi tool dalam jangka waktu lama tidak disarankan karena memang tidak nyaman dan terkadang tidak terlalu efektif.

Banyak sekali jenis dan ukuran pisau dan ukuran multitools yang dijual dipasaran. Terutama multitools, selain ukuran, peralatan pendukung yang tersedia didalamnya juga amat bervariasi, dari gunting, bebagai tipe obeng, gergaji, gunting de el el. Kalau saya pribadi, alat yang harus selalu ada didalam multitools saya adalah obeng, tang dan gunting, karena ketiga alat inilah yang selalu saya butuhkan baik sehari-hari maupun pada saat bertugas. Beberapa tipe multitools juga mencoba mengakali berat totalnya dengan menggunakan bahan yang kuat namun ringan, seperti Leatherman Charge TTi yang walaupun berukuran gambot, tetapi ringan karena menggunakan bodi titanium.

20131201_090928[439]

Untuk pisau sendiri, secara garis besar, berdasarkan permukaan bagian tajamnya, pisau sendiri terbagi 2, yaitu plain edge (permukaan bagian tajamnya halus dan rata) dan serrated edge (permukaan tajamnya bergerigi seperti gergaji).

  • Perbedaan utama antara keduanya adalah bagaimana teman-teman menggunakan pisau teman-teman. plain edge biasa unggul bila memotong sambi menekan sedang serrated edge unggul di pemotongan irisan. Contoh terbaik dari gerakan irisan adalah ketika mengiris sepotong roti dimana teman-teman tidak mendorong bilah melainkan menyeret ujungnya (seperti menggunakan gerakan menggergaji) di atas roti.
  • Secara umum serrated edge akan lebih unggul ketika mengiris bahan tebal, keras dan berserat. Tepi bergerigi cenderung ‘mencengkeram’ permukaan apa yang dipotong dengan mudah. Ini akan memungkinkan gerigi untuk menusuk dan merobek objek lebih cepat. Bahkan gerigi yang tumpul lebih unggul dalam mengiris objek dan ini sering menjadi alasan orang sering lebih memilih gerigi dan percaya bahwa mereka tetap lebih tajam, lebih lama. Biasanya tipe ini digunakan untuk pekerjaan seperti memotong tali.
  • Plain edge adalah yang pilihan terbaik saat membutuhkan ketelitian dan akurasi. Plain edge unggul dalam tugas-tugas seperti mengukir, atau mengupas buah seperti apel. Keuntungan utama dari pisau tepi ini adalah fleksibilitasnya.
  • Saat ini, pisau bermata kombo menjadi semakin populer. Idealnya bilah kombo adalah yang terbaik karena menggabungkan kedua jenis tepi. Ia akan dapat mengiris secara efektif tetapi juga memiliki bagian tepi yang polos untuk potongan yang mebtuhkan tekanan. Namun pisau tipe ini memiliki kelemahan, dimana penempatan serrated edge ke arah sudut dekat pegangan membuat irisan sedikit lebih berbahaya. Dan tepi terpisah antara keduanya menyusutkan bagian yang berguna untuk setiap jenis tepi. Belum lagi fakta bahwa tepi kombo secara khusus dibuat agar serbaguna, sehingg bukanlah menjadi alat terbaik untuk melakukan pekerjaan.

Detil mengenai jenis pisau berdasarkan bentuk dan anatomi nya dapat mengacu pada tulisan saya sebelumnya. (klik disini).

Yang terakhir, pisau maupun multitool harus selalu dibersihkan dan dikeringkan setelah dipergunakan untuk menghindari karat (karena tidak semua alat menggunakan baja berbahan anti karat seperti Baja H1), dan bilamana sudah terasa kurang tajam agar di stropping atau asah untuk menghindari kecelakaan karena menggunakan pisau yang tumpul (yang seringkali terjadi adalah orang akan menggunakan tenaga yang lebih besar pada saat menggunakan pisau yang tumpul, mengakibatkan kemungkinan tergelincir dan melukai yang lebih besar).

  1. Powerbank / solar panel

Saya rasa saya tidak perlu menjelaskan kebutuhan powerbank dan solar panel dalam tugas teman-teman. Namun kali ini saya akan menyoroti Surat Edaran Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan Nomor 15 tahun 2018 tentang Ketentuan Membawa Pengisi Baterai Portabel (Powerbank) dan Baterai Lithium Cadangan pada Pesawat Udara, terutama bagi teman-teman yang akan menggunakan pesawat udara pada saat akan melakukan tugasnya.

  • Powerbank tidak boleh dimasukkan kedalam bagasi
  • Kapasitas powerbank yang tidak boleh dibawa ke kabin adalah lebih dari 32,000 mAh (160 Wh) dan kapasitas yang tidak dapat diidentifikasi. Kapasitas yang tidak dapat diidentifikasi ini maksudnya tulisan daya powerbank terhapus atau buram, atau tidak ada keterangan sama sekali.
  • Adapun kapasitas powerbank yang boleh dibawa ke dalam kabin adalah kurang dari 20,000 mAh (100 Wh). Kalaupun membawa powerbank dengan kapasitas antara 20,000 sampai 32,000 mAh (100 – 160 Wh), maka perlu persetujuan maskapai dan hanya boleh membawa maksimal dua buah powerbank.

Jadi harap dipatuhi ya teman-teman, demi keselamatan bersama.

  1. Kompas / GPS / peta

Saat ini, kebutuhan akan peta dan kompas dapat di tackle dengan mudah dengan adanya aplikasi-aplikasi pada smartphone teman-teman. Namun permasalahannya adalah sebagian aplikasi ini tergantung pada jaringan dan kuota yang dimiliki teman-teman, sehingga ada baiknya tetap membawa peralatan yang khusus untuk ini bilamana pekerjaan teman-teman memang amat tergantung pada akurasi lokasi dan pemetaan seperti SAR dan pengeboran. Saya sendiri mengakali kebutuhan akan paralatan cadangan dengan membuat gelang paracord yang kemudian diaplikasikan dengan kompas model button atau kancing, dan buckle yang memiliki pluit, mirror dan fire starter. Doa saya adalah semoga saya tidak perlu menggunakannya…  😊

IMG_20200203_111646_240[454]

  1. Peluit

Peluit ini sendiri merupakan bagian dari peralatan tidak terpisahkan dari peralatan wajib untuk para penggila kegiatan alam bebas ataupun rescuer. Memiliki peluit dapat digunakan lebih efektif untuk mendapatkan perhatian dan bantuan, terutama bila teman-teman terjebak dan membutuhkan alat untuk menarik perhatian tim penyelamat. Berada di depan umum, peluit bisa menjadi teman terbaik jika teman-teman dalam kesulitan atau diserang. Ketika dalam kesulitan atau diserang, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah meniup peluit itu jika teman-teman tidak memiliki cara lain untuk membela diri.

  1. Signal mirror

Signal mirror atau cermin sinyal secara khusus dirancang untuk memberi sinyal jika terjadi kesulitan. Tidak seperti cermin lainnya, cermin sinyal hadir dengan permukaan mengkilap bersama dengan lubang yang diletakkan tepat di tengah.

Teman-teman dapat memberi sinyal SOS menggunakan cermin atau bahan apa pun yang memantulkan sinar matahari. Ditujukan menuju pesawat terbang, kapal atau kendaraan penyelamat apa pun akan membuat teman-teman lebih terlihat. Lebih dari itu memantulkan cahaya tiga kali pendek, tiga kali panjang, tiga kali pendek (SOS) akan membiarkan mereka tahu bahwa teman-teman dalam kesulitan.

  1. Pemantik api

Selalu bawa pematik api sekalipun teman-teman mungkin bukan perokok, karena pematik api dapat berguna bilamana teman-teman bertugas dilapangan, dari untuk membakar ujung-ujung benang pada pakaian atau tas untuk mencegah benang tersebut terurai lebih jauh ataupun untuk membakar ujung jarum untuk mengeluarkan duri dari kulit, misalnya.

  1. Waterproof case

Walaupun istilahnya terdengar canggih, namun waterproof case ini bisa mengacu pada wadah kedap seperti Pelican ataupun Otterbox atau justru hanya plastic ziplock tebal. Fungsi wadah ini adalah untuk menyimpan kopi dokumen, uang kontan ataupun barang-barang penting yang amat rentan terhadap air. Bahkan saya pribadi selalu menggunakan plastic ziplock ukuran besar untuk menyimpan pakaian ganti saya saat sedang melakukan tugas ke lokasi project untuk menjaga agar tetap kering pada saat akan digunakan.

  1. Foto kopi dokumen pribadi

Biasakan menyimpan kopi dokumen dan tanda pengenal pribadi seperti KTP, SIM, ataupun Passport dan Visa (bila sedang bertugas diluar negeri) untuk mempermudah pengurusan dan pelaporan bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kerusakan ataupun kehilangan.

  1. Buku catatan dan pulpen/pensil/permanent marker

Saya selalu menuliskan informasi-informasi penting kedalam buku catatan untuk menjaga bilamana telepon genggam ataupun laptop yang saya gunakan kehabisan daya, rusak atau bahkan hilang. Informasi penting yang biasanya saya tuliskan adalah nomor telpon penting (keluarga terdekat, kantor, kantor polisi terdekat atau rumah sakit), kemudian alamat lokasi proyek (terutama bila saya berada di lokasi yang baru dan belum mengenal dengan baik lingkungan sekitarnya. Selalu menyiapkan rencana cadangan, teman-teman..

  1. Uang kontan

Dengan ATM yang mungkin tidak berfungsi dan jaringan telepon yang mungkin tidak menunjang teman-teman untuk melakukan tansaksi online, membawa uang kontan adalah solusi paling realistis, namun harap diingat bahwa membawa uang kontan terlalu banyak juga memberikan resiko keamanan, terutama bila dikatahui oleh orang banyak. Usahakan disimpan dalam tempat tersembunyi dan dipecah menjadi beberapa bagian, jadi bilamana terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, teman-teman tidak kehilangan semua uang teman-teman pada saat yang bersamaan. Misalnya sebagian disimpan dalam dompet, sebagian diselipkan dalam buku catatan, sebagian lagi ada dalam tas.

  1. Tali paracord

Tali paracord adalah tali nilon kernmantle ringan yang awalnya digunakan di jalur suspensi parasut militer. tali ini sekarang digunakan sebagai kabel utilitas keperluan umum. Salah satu contoh penggunaan yang paling fantastis dan pernah dicatat oleh sejarah adalah digunakan oleh para astronot selama misi Space Shuttle ke-82 untuk memperbaiki Teleskop Luar Angkasa Hubble. Tali ini kemudian menjadi perlengkapan survival wajib bagi para penggila kegiatan alam bebas karena kekuatan dan fungsinya. Sebagai contoh, Paracord Tipe III (jenis paracord yang paling sering diperjualbelikan dan digunakan) memiliki kekuatan untuk mengangkat beban hingga 550 lbs atau + 250 kg, bagian dalamnya berisi kepangan dari 32 helai nilon yang menjadi tujuh benang dua lapis, yang setiap benang dapat digunakan baik untuk mengikat, membuat jerat binatang atau untuk memancing, misalnya. Biasanya tali ini dibawa dalam bentuk gulungan atau di jalin menjadi gelang tangan agar mudah di bawa sekaligus menjadi aksesoris (obat gantenglah kira-kira.. 😊)

Selain peralatan diatas tentu saja peralatan yang mendukung tugas dilapangan harus di listing dengan baik dan di bawa dengan packaging yang benar seperti stetoskop bagi tenaga paramedik, mini chainsaw bagi tim SAR, de el el.

Di lokasi yang memiliki resiko bencana lanjutan seperti aftershock pada gempa bumi, longsor pada bencana banjir atau lokasi dimana tinggkat resiko keamanannya tinggi dan membuka kemungkinan teman-teman harus dievakuasi kapan saja, mempersiapkan Bug Out Bag atau sering disebut BoB sepertinya merupakan suatu keharusan. BoB sendiri sendiri mengacu pada satu set perlengkapan yang dibutuhkan dalam masa lebih kurang 72 jam setelah terjadinya bencana. Dikenal dengan nama lain seperti Bail Out Bag, Grab Bag, Personal Emergency Relocation Kit, sistem ini sendiri pada awalnya digunakan dikalangan militer hingga akhirnya dipergunakan luas dengan konsep yang sedikit berbeda sesuai kebutuhan. BoB sendiri sebenernya adalah versi compact dari list diatas, tetapi mengkhususkan diri pada evakuasi, bukan kepada penugasan, sehingga peralatan yang dikemas sedemikian rupa agar mudah di bawa dan tidak mengurangi mobilitas adalah suatu keharusan.

IMG_20140912_225229

Pada akhirnya, pilihlah peralatan yang sesuai dengan kebutuhan, dan memiliki bentuk dan ukuran yang dapat memudahkan teman-teman untuk mengaturnya dalam kompartemen tas teman-teman, sehingga tidak akan menyulitkan pada saat akan di bawa. Hal yang paling penting adalah menyelaraskan kebutuhuan dilapangan dengan kemampuan teman-teman untuk membawa dan bergerak. Salah satu rumusan paling mudah, berat ransel yang di bawa sebaiknya tidak lebih dari sepertiga berat badan teman-teman.

Semoga tulisan yang saya buat ini dapat bermanfaat bagi teman-teman.

Yogi_Mahendra - QR Code

 Yogi Mahendra

Â